Monday, March 7, 2016

Penyakit BLAS Pada Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya

Penyakit BLAS pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea . Pada awalnya penyakit ini merupakan salah satu kendala utama pada budi daya padi gogo tetapi akhir­akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi di daerah­daerah sentra produksi padi di Jawa seperti di Karawang, Subang dan Indramayu (Jawa Barat), Pemalang, Pati, Sragen dan Banyumas (Jawa Tengah), Lamongan, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang (Jawa Timur).



Jamur P. grisea dapat menyerang semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari pesemaian sampai menjelang panen. Pada fase pesemaian dan vegetative penyebab penyakit umumnya menyerang daun sehingga disebut BLAS daun (Gambar 1 A). Pada fase tanaman tua (generative) umumnya menyerang leher malai, malai padi, bulir padi (Gambar 1 B), ruas buku batang (Gambar 1 C) dan kolar daun (Gambar 1 D). Penyakit blas yang menyerang stadia generatif umumnya disebut BLAS leher atau busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit BLAS tidak hanya menyerang tanaman padi, tetapi dapat menyerang tanaman lain seperti gandum, sorgum dan spesies rumput­rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, BLAS daun kadang­kadang dapat menyebabkan kematian. Serangan BLAS leher dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa. Serangan pada BLAS leher dapat menyebabkan tanaman menjadi puso, seperti yang sering terjadi di daerah endemis seperti di daerah Lampung dan Sumatera Selatan. 


Biologi dan Ekologi Penyakit BLAS 

Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, ras­ras tersebut dapat berubah dan terbentuk ras baru dengan cepat apabila populasi tanaman atau sifat ketahanan tanaman berubah. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit BLAS yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit BLAS lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22­29 oC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit BLAS adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pemupukan nitrogen yang tinggi menghasilkan daun yang lunak dan terkulai sehingga lebih rentan terhadap penyakit BLAS, sedangkan pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis adalah meningkatnya permeabilitas air dan menurunnya kadar unsur Si sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi. Sumber inokulum primer di lapang adalah jerami. Sumber inokulum benih umumnya memperlihatkan gejala awal pada persemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.

Teknologi Pengendalian Penyakit BLAS

Mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit BLAS seperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas, maka pengendalian penyakit BLAS yang dianjurkan adalah pengendalian secara terpadu dengan berbagai cara yang dapat menekan perkembangan penyakit.

Pengendalian Penyakit BLAS dengan Teknik Budidaya

  • Penanaman Benih sehat Pengendalian penyakit BLAS lebih efektif apabila dilakukan sedini mungkin. Mengingat jamur penyebab penyakit BLAS dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit BLAS tidak digunakan sebagai benih. Ini perlu dipersyaratkan untuk kelulusan uji sertifikasi benih guna mencegah meluasnya serangan penyakit BLAS. Untuk mencegah penularan melalui benih, maka perlu dilakukan pengobatan benih terutama dengan fungisida sistemik seperti fungisida Trisiklazole dengan dosis formulasi 3­5gr/kg benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating). 
  • Perendaman benih Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode ini larutan diaduk merata setiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam 2 l air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dianginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai gabah tersebut siap disebarkan atau disemai. Pada padi sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
  • Cara pelapisan (coating) Cara ini lebih efektif dibandingkan cara perendaman dalam hal pemakaian air, sehingga lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Pertama­tama benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg gabah basah dan dikocok sampai merata, gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya siap ditanam atau disemai.
  • Cara tanam Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit sangat dianjurkan tanam dengan jarak tanam tidak terlalu rapat atau dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen. Pertanaman yang terlalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Disamping itu pada pertanaman yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
  • Pemupukan Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit BLAS. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit BLAS. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi. 
Penanaman Varietas Tahan

Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit BLAS adalah penggunaan varietas tahan. Agar penggunaan varietas tahan lebih efektif harus disesuaikan antara sifat tahan varietas dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit BLAS diantaranya adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago7 dan Inpago 8. Usaha lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monokultur (satu atau dua varietas) secara luas dan terus menerus. Apabila tanaman padi ditanam berturut­turut sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas atau rotasi gen. Adanya beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya pada suatu areal pertanaman dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen jamur, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras BLAS yang baru dan patahnya ketahanan varietas padi.

Penggunaan Fungisida melalui Penyemprotan Tanaman
Efikasi fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan 6 minggu dan selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman. Hasil percobaan macam­macam fungisida yang telah dilaksanakan pada beberapa musim menunjukkan beberapa fungisida yang efektif terhadap P. oryzae, antara lain Benomyl 50 WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, Isoprotiolan 40%, dan tricyclazole 20%. Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga. Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian penyakit BLAS tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Fungisida untuk pengendalian penyakit BLAS melalui penyemprotan



Pencegahan
  • Sanitasi lingkungan. Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa­sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa­sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan.  
  • Pemakaian jerami sebagai kompos. Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa­sisa tanaman padi atau jerami dan benih dari pertanaman padi sebelumnya, sehingga sumber inokulum selalu tersedia dari musim ke musim. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi. 
Kiat­kiat Pengendalian Penyakit BLAS:
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah. 
  2. Gunakan benih sehat.
  3. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
  4. Hindarkan tanam padi terus­menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
  5. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif patogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
  6. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
  7. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
  8. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit BLAS leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik BLAS.
  9. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung). 
  10. Pemakaian jerami sebagai kompos. 




Sunday, February 14, 2016

CARA LOGIN KE EVALUH


RESET PASSWORD EVALUH


GANTI PASSWORD EVALUH


MELIHAT HASIL VERIFIKASI EVALUH


VERIFIKASI OLEH KOORDINATOR


MENGISI KUISIONER EVALUH


CARA LOGIN KE EVALUH

Sosialisasi Sistem Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (E-FORM)

        Dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesionalisme penyuluh pertanian, sebagaimana tercantum dalam Permentan Nomor : 91/PERMENTAN/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian. Adapun tujuannya agar penyuluh dapat melakukan evaluasi secara mandiri melalui sistem aplikasi berjaringan internet (e-form).
          Aplikasi e-form sistem evaluasi kinerja penyuluh pertanian, aplikasi yang dikembangkan untuk mendukung dan mengontrol secara tidak langsung kinerja penyuluh pertanian baik ditingkat provinsi, kabupaten maupun kecamatan dengan berbasis website. Sehingga mempermudah melakukan evaluasi mandiri dimana pun berada asal terhubung dengan jaringan internet.
  Adapun memulai e-form dengan menulis alamat website berikut ini pada webbrowserhttp://app1.pertanian.go.id/evaluh/ atau masuk ke website bppsdmp berikut inihttp://bppsdmp.pertanian.go.id/  setelah itu baru menklik menu e-form pada kolom sisi kiri. Pada halaman pertama yaitu menu login dengan mengisi NIP masing-masing penyuluh sebagai username dan password masing-masing.
        Dalam kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan semua penyuluh pertanian di berabagai level mampu melaksanakan evaluasi mandiri melalui e-form dan adapun petugas verifikator ditugaskan pada koordinator penyuluh pertanian masing-masing. Dengan memanfaatkan E-FORM ini akan mempermudah pengambilan kebijakan dalam membenahi kinerja penyuluhan kedepan.