Wednesday, November 15, 2017
Thursday, September 14, 2017
Friday, June 23, 2017
Thursday, January 12, 2017
Racun Tikus Nabati
Tikus
adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, selain menjijikkan
ternyata tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi
perekonomian sumber kehidupan manusia, seperti lahan pertanian
Secara
alami, tikus biasanya sudah terkendali dengan adanya predator
seperti ular, burung hantu, atau burung elang. Tetapi dengan kondisi alam yang
sudah tidak seimbang dan sudah rusak seperti ini, pengendalian dengan cara
tersebut sudah tidak efektif. Hal ini karena jumlah predator
tersebut sudah sangat sedikit akibat terus diburu dan diperdagangkan.
Penggunaan
bahan kimia untuk mengendalikan hama tikus juga menimbulkan dilema. Di satu
sisi berhasil mengendalikan hama tikus, tetapi di sisi lain residunya tidak
mudah terurai, sehingga sangat potensial menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
Dari
sinilah umbi tanaman gadung (Dioscorea hispida Dennust) bisa
”menawarkan” solusi. Umbi tanaman merambat ini merupakan salah satu bahan
yang dapat digunakan untuk membuat racun tikus. Karena berbahan alami, racun
tikus jenis ini bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak bakal mencemari
lingkungan.
Tanaman
gadung termasuk kelompok tumbuhan rodentisida nabati, yaitu kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuhan ini ada dua jenis,
yaitu gadung KB (Dioscorea composita) yang mempunyai efek penekan
kelahiran (aborsi atau kontrasepsi) yang mengandung steroid, dan gadung racun (Dioscorea
hispida) yang mempunyai efek penekan populasi
yang biasanya mengandung alkaloid.
Gadung
KB (Dioscorea composita) berbatang persegi empat dengan diameter 2
– 4 mm, tidak berduri, berdaun tunggal berbentuk perisai dan permukaan daun
licin; sedangkan gadung racun (Dioscorea hispida) berbatang
bulat dan berduri, daunnya majemuk menjari beranak daun tiga, dan permukaan
daun kasap.
Gadung
KB, sesuai namanya, tidak mematikan melainkan hanya akan membuat para tikus
mandul. Berbeda dengan jenis gadung racun, yang dapat mematikan. Maka
disarankan penggunaan gadung berselang-seling antara gadung racun dan gadung KB
untuk menyiasati sifat tikus yang jera umpan.
Berdasarkan
pengalaman petani disejumlah lokasi, formulasi racun tikus dari gadung adalah
sebagai berikut:
Bahan-bahan:
- Gadung 1 Kg
- Dedak padi/ jagung 1 kg
- Tepung ikan 1 ons
- Kemiri 5-10 butir
- Air secukupnya
Alat-alat:
- Penumbuk/ parut/ blender
- Ember
- Pengaduk
Cara
membuat:
- Umbi gadung dikupas (pada saat
mengupas kenakan sarung tangan plastik, karena getahnya bisa bikin gatal
kulit), lalu dihaluskan dengan blender/ penumbuk/ parut bersama
kemiri
- Campur dengan bahan-bahan lain
kemudian campur air secukupnya
- Bentuk menjadi bola-bola kecil
kurang lebih 10 gr, jika dibentuk bola pecah tambahkan sedikit air lagi
- Jemur sampai kering
Cara
aplikasi:
- Umpankan bola-bola tadi pada
tikus dengan cara meletakkan pada daerah sekitar lubang tikus
- Pada saat memasang umpan harus
mempergunakan sarung tangan, hal ini disamping untuk perlindungan diri
sendiri juga sebagai upaya menghindari penurunan preferensi tikus terhadap
umpan.
- Pengendalian tikus yang efektif
adalah pada saat jumlah tikus sedikit, serentak, terpadu, dan dilakukan
secara kontinyu.
Kandungan
kimia umbi gadung yang berpotensi menimbulkan gangguan metabolisme (anti makan,
keracunan, bahkan manusiapun bisa mengalami ini), yaitu jenis racun dioscorin
(racun penyebab kejang), diosgenin (antifertilitas) dan dioscin yang dapat
menyebabkan gangguan syaraf, sehingga apabila memakannya akan terasa pusing dan
muntah-muntah.
Selain
itu, umbi gadung (Dioscorea composita) juga mengandung saponin, amilum,
CaC2O4, antidotum, besi, kalsium, lemak, garam fosfat,
protein, dan vitamin. Komponen yang merugikan pada gadung yaitu zat
beracun berupa asam sianida (HCN), yang merupakan bahan aktif dalam
pengendalian tikus.
Di
kebun kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) tikus menyerang titik tumbuh
atau umbut dengan memakan pangkal pelepah sehingga berlubang dan semua pelepah
dibagian atas terkulai atau putus sehingga menyebabkan tanaman mati. Sedangkan
pada tanaman yang telah menghasilkan (TM) hamatikus menyerang bunga
jantan, bunga betina, daging buah baik buah muda maupun buah matang. Pada
kondisi serangan berat dapat mengganggu berlangsungnya proses generatif, yang
pada gilirannya menurunkan kuantitas dan kualitas produksi.
Serangan
baru ditandai dengan bekas keratan yang masih segar pada objek serangan,
misalnya pada buah muda keratan berwarna hijau segar dan pada buah tua berwarna
kuning segar.
Tikus
dapat berproduksi pada usia 2 - 3 bulan dan masa kehamilan 19-21 hari. Seekor
tikus betina bisa melahirkan 5 - 10 ekor setiap kelahiran dan dalam setahun
bisa melahirkan 5 - 10 kali dengan perbandingan jantan dan betina: 50% : 50%.
Mereka akan kawin lagi setelah 48 jam setelah melahirkan.Dengan perbandingan
ini, sepasang tikus bisa menghasilkan keturunan sebanyak 10.000 - 15.000 ekor
dalam setahun.
Subscribe to:
Posts (Atom)